Running with The Devil

Ngeri dengan judul di atas ? Faktanya memang semenjak kita lahir kita telah disentuh oleh jin yang biasa kita sebut juga syaitan, yang merupakan kaki tangan mahluk canggih Iblis Laknatullah. Dan sebagai manusia yang dilahirkan dengan banyak kebodohan, mewarisi sifat - sifat Iblis yang senantiasa iri dengki, sombong, terburu - buru, mengumbar hawa nafsu, serakah, licik, ingkar nikmat dan sebagainya. Diciptakan iblis, mahluk golongan jin dari api yang awalnya cerdik dan pandai. Dengan itu dia memiliki ilmu yang tinggi dan menjadi idola para malaikat, hingga Adam diciptakan. Anggapan bahwa dia makhluk yang paling monoteis menjadi saat yang runcing ketika diperintahkan untuk sujud kepada Adam. Ketauhidannya ternoda dan dilampiaskannya dengan menjebak Adam. Saya juga tidak tahu bagaimana Iblis bersumpah akan menggoda Bani Adam sampai akhir jaman dengan resiko masuk neraka jahanam selama lamanya. Kalau berilmu, tak tahukah dia pedihnya neraka sekalipun dia diciptakan dari api ? Sembrono, ataukah neraka dan surga masih menjadi urusan ghaibNya ? Hanya Allah yang maha tahu. Sekarang kita masih berjalan atau berlari berdampingan dengan iblis. Pintu - pintu yang bisa dimasuki bersama pasukannya begitu terbuka atau kita lengah menjaganya. Hanya senantiasa bersandar dan meminta perlindunganNya, Insya Allah kita bisa selamat.
Free as the Wind

Hidup di dunia bebas memilih mau dijalani seperti apa. Mau berpegang agama atau tidak, boleh boleh saja. Konsekwensi akibat pilihan ditanggung masing - masing. Menurut agama yang saya anut, bahwa manusia di kehidupan kekal nanti sudah dituliskan takdirnya. Yang ditakdirkan ke neraka dimudahkan pilihan dunianya untuk mencapai ke sana. Demikian  pula yang ke surga. Termasuk yang mana kita ? Ini adalah urusan ghaib yang aturannya sebetulnya sudah dibocorkan lewat kitab - kitab -Nya. Lagi - lagi tinggal kita yang memilih : mau atau tidak untuk berupaya dan merendahkan diri  meminta dipahamkan menjalani aturan - aturan itu. Bebas.
Ordinary Man

Bukan sosok yang hebat setelah memaksakan mereview diri saya sendiri. Narsis yang menghinggap di diri ikut larut dalam waktu - waktu yang saya jalani. Penyakit satu ini ternyata adalah jenis akut dan setia. Bersukurlah saya, karena yang terjadi pada diri saya sekarang ini ternyata adalah keadaan yang terbaik. Ketika akan dan sudah dilahirkan, tidak pernah ada tawaran memilih mau jadi apa kelak kita nanti. Artinya saya tak bisa memilih jadi jeng Paris Hilton, yang berlimpah materi cukup dengan dilahirkan saja. Atau jadi bagian dinasti Baron Rothchilds yang  beli apa saja di dunia bisa kesampaian, konon bisa biayai perang dunia  ( kecuali beli waktu dan kematian ). Saya harus pandai menikmati betapa biasanya saya. Kalaupun lebih dari biasa menurut orang lain, itu bukan semata mata karena kehebatan saya. Sang Pencipta lah yang mengijinkan.